WELCOME TO MY BLOG'S---"FRANSISKUS ANDUT PANGALAYO-" ---SEMOGA BISA BERMANFAAT BUAT PEMBACA ---SEPUTAR MENJALIN ONLINE---

Monday, May 9, 2011

Apa Salah ketika Kita mencoba Merdeka?

Kemerdekaan adalah hak semua orang untuk menentukan kebebasnnya masing-masing. Diskriminasi yang sering terjadi di tanah air saat ini, banyak menimbulkan reaksi-reaksi di berbagai daerah di tanah air. Jangan salahkan ketika kami juga ingin seperti itu, kami juga warga negara Indonesia berjuang bersama untuk memperoleh kemerdekaan negara ini. Namun apa daya ketika hak-hak kami tidak terpenuhi kami juga ingin mencoba merdeka. Merdeka di tanah sendiri, tanah Borneo Pulau Dayak.
Tulisan ini adalah bagian dari pengamatan saya dan mungkin sudara-saudari juga mengalami hal ini, sehingga menyimpulkan konsep pemikiran yang tidak berbeda dengan apa yang ada di benak saya. Kesadaran akan terunkapnya opini ini bukan berarti kita ingin menjelaskan kepada dunia pemahaman nasionalisme kita telah luntur, akan tetapi ini tak lain hanya sekedar analisa wacana , di mana dari sisi akademis sangat mendukung kemutlakan berpikir setiap orang untuk menganalisis lebih jauh apa manfaat dari semua yang telah di berikan selama ini.
Wacana ini juga mengandung nilai mutlak yang perlu disiasati sebagai sesuatu yang bernilai jual bagi penguasa. Parameternya , kita tidak menginginkan masyarakat sering terjebak oleh ketentuan dan paradikma lama , dimana penguasa adalah elemen terbesar yang tidak mampu mengimplementasikan harapan-harapan masyarakat tentang suatu tatanan hidup yang lebih berguna.
Orientasi kekuasaan yang berpusat di pulau Jawa adalah bagian dari masalah-masalah kebangsaan yang belum terpecahkan selama ini. Ketika orang berbicara desintegrasi bangsa, maka di situlah akan muncul stikma yang sangat negatif. Tidak mungkin ada negara dalam negara. Namun apa lacur, pemerintah tetap menganggap isu ini sebagai suatu ancaman terhadap integritas bangsa. Bahkan kecendrungan ini diperparah dengan ketakutan masyaraka, seakan-akan desintegrasi kebangsaan adalah dogma yang tidak boleh diperdebadkan.
Jika isu desintegrasi bangsa ini diredusir kedalam kesadaran kolektif masyarakat lokal, yang nampak dalam cita-cita tersebut adalah berupa tuntutan agar masyarakat Indonesia yang terdiri dari Sabang sampai Merauke diperlakukan secara adil, tanpa mengurangi sedikitpun hak-hak kewarganegaraannya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan suatu kenyataan bahwa desintegrasi bangsa adalah klaim politik pemerintah yang di tunjukan kepada masyarakat dan sarat dengan prinsip-prinsip otoritarianisme.
Pergulatan pemikiran tentang wilayah-wilayah yang ingin dan tidak mau merdeka sudah saatnya dibedah secara ilmiah, karena dikhawatirkan term ini akan menimbulkan gejolak-gejolak sosial dalam wilayah RI. Dalam konteks kebangsaan , desintegrasi adalah ancaman yang bersifat universal. Semua wilayah diperhadapkan dengan akumulasi kedaerahan yang sangat berbeda , walaupun berbeda akan tetapi tujuan yang hendak di capai adalah sama.
Tulisan ini hanya mengedepankan satu aspek, yaitu aspek rasionalitas perimbangan kekuasaan yang adil. Kalau ini tidak di lakukan, keyakinan saya akan menjadi benar bahwa dominasi kekuasaan Republik Jawa semakin menjelma di semua struktur .Hegemonia kekuasaan Jawa (dalam beberapa tulisan disebut proses Jawanisasi) merupakan tatanan kekuasaan yang memilki hirarki secara multidimensi. Disemua link ketatanegaraan, hegemonia Jawa tetap memainkan peran sentral dalam kekuasaan di Republik ini. Hal ini yang menyebabkan orang-orang di luar hirarki sedang mencari kemerdekaan. Sebagai symbol kebebasan Tuhan terhadap manusia, “kemerdekaan” ibarat artefak kuno yang sangat sulit di temukan, yang kita cari adalah “kemerdekaan” hari ini, dan entah apa lagi untuk besok.
Seperti yang kita tau, banyak daerah-daerah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah memprotes atas kebijakan dan pembangunan yang tidak merata disetiap daerah. Dalam hal ini proses jawanisasi tanpak jelas dimana sumber daya alam didatangkan dari berbagai daerah diindonesia seperti Papua,Kalimantan,Sulawesi dan Sumatera hanya untuk kepentingan dan pembangunan pusat saja sedangkan masyarakat lokal dapat apa dari semua itu? Sebagai contoh kota Bontang dikalimantan timur yang merupakan Kota industri dan kota terkaya di indonesia yang secara admisistratif hanya mempunyai 3 kecamatan. Namun kenapa penduduk disana masih ada yang hidup dibawah garis kemiskinan?
tulisan ini tidak bermaksud untuk menghasut atau pun menjelek-jelekan pemerintahan di negeri tercinta ini. Biar bagaimana pun mereka juga manusia biasa yang tidak sarat dengan kesalahan dan kelalaian.Tulisan ini hanya ingin membuka pikiran para pejuang keadilan dan membuka hati para pemimpin. Apa salah ketika Kalimantan juga ingin merdeka.

No comments:

Post a Comment